Skip to main content

Setoreh perjalan iman ku di Seoul negara minoritas

Kemarin,  8 Februari 2014.  Saya dan teman akan mengunjungi klinik gigi. Rencana awal saya pun akan ikut bergabung konsultasi. Namun karena satu dan lain hal, saya mengurunkan niat tersebut (nah lo kok malah curhat.. hihiihihii).
Setelah selesai konsultasi dan pemeriksaan, kami pun melanjutkan perjalanan. Rencananya kami akan mencari makan dengan menyusuri jalan disekitar klinik. Satu dua kedai telah kami lalui, namun kami kurang tertarik dan melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan kembali dilanjutkan dan ternyata kami telah tiba di toko buku. Kami pun mampir untuk melihat-lihat yang mungkin akan ada yang dibeli.
Kurang lebih satu jam lamanya kami melihat-lihat buku, membaca sedikit ceritanya  lalu memilih untuk menyimpannya kembali ke rak buku atau membawanya ke kasir. Saya pun melihat jam tangan, tenyata sudah saatnya untuk shalat ashar. Saya dan seorang teman kemudian menuju kasir.
Perjalanan kami lanjutkan kembali. Tujuan saat itu adalah mencari masjid atau mushollah. Setelah berjalan beberapa ratus meter dan tidak mendapati masjid, kami pun bertanya pada seorang wanita. Wanita tersebut kemudian memberikan petunjuk.
Saat menuju mushollah tersebut, saya pun bercerita kepada  teman. Betapa beruntungnya muslim yang ke  Indonesia. Negara yang mayoritas Islam. Mengapa beruntung? Karena dimana pun kita berada akan mudah menemukan masjid atau musholah. Berbeda saat kita berada di tempat yang minoritas islamnya. Saya pun kemudian menyangkutkan dengan saat ketika sedang mengikuti pertukaran pelajar di Seoul. Begitu sulitnya untuk menunaikan shalat ketika sedang berpergian. Lalu muncul pertanyaan, jadi bagaimana kalau sudah tiba waktu shalat?
Terkadang kami menjamak shalat jika memang kami rasa perjalanan memang jauh, atau jika tidak seperti itu kami akan mencari tempat yang bisa untuk dijadikan tempat shalat. Teringat suatu ketika kami sedang berbelanja, waktu ashar hampir berakhir, sementara kami belum berniat utuk pulang. Kami pun berkeliling melihat kemungkinan tempat yang bisa dijadikan tempat shalat. Dan setelah berkeliling  kami pun memutuskan untuk shalat disalah satu pusat perbelajaan yang terhubung dengan bank. Pengubung itulah yang kami jadikan sebagai tempat untuk shalat. Kami pun berwudhu lalu bergantian untuk shalat. 2 orang shalat dan 2 orang lainnya menjaga. Tatapan aneh pun bukanlah hal aneh yang kami terima. Hal itu sudah sering kami terima. Namun hal itu bukan menjadi alasan untuk tidak menunaikan kewajiban.
Sejak pertama menginjakkan kaki di Korea Selatan, Seoul,  hawa perjuangan sepertinya sudah menyapa. Awalnya kami sedikit sulit mengenai waktu jadwal shalat. kami pun melihat tanda alam untuk menentukan waktu shalat.
Setelah beberapa bulan berlalu,  tibalah bulan Ramadhan. Tidak seperti saat di Indonesia yang lama berpuasa selama  14 jama. Di Korea, lama puasa selama 17 jam. Ditambah lagi saat tersebut merupakan musim panas di Korea saat itu. namun beruntung saat itu merupakan saat liburan semester, sehingga kami tidak begitu di beratkan untuk keluar dari asrama.
Dan tantangan yang terberat yaitu  mendapatkan makanan yang berlogokan halal. Hampir semua makanan atau kue cemilan diproduksi dengan menggunakan bahan  babi. Sehinggah saat kami ke super market untuk membeli makanan atau cemilan, butuh waktu untuk membaca komposisinya.
Memang bukan hal yang mudah ketika seorang muslim tinggal dan menetap ditempat yang bukan mayoritas islam. Cara berpakaian yang akan dipertanyakan ( musim panas “tidakkah panas memakai pakaian yang serba tertutup?”), lirikan orang-orang akan pakaian yang serba tertutup, kenapa tidak mengkonsumsi babi/ miras, kenapa harus beribadah 5 kali sehari? Banyak pertanyaan yang akan muncul. Hinggah muncul dalam benak saya secara pribadi, bahwa ketika kita akan menetap disuatu tempat yang minoritas muslimnya, wawasan keagamaan harus dipelajari. Alasannya, selain untuk menguatkan iman, dengan mengetahui ajaran agama kita bisa menjelaskan secara tepat ketika ada yang mempertanyakan islam atau memandang islam salah selama ini (hitung-hitung sekalian dakwa, hihihihihi)


Demikian sedikit cerita Seoul, semoga bermanfaat. Jika ada salah kata atau kata yang  kurang berkenan atau sistematikanya kurang tepat atau susunannya tidak teratur atau pilihan katanya kurang pas atau lain-lainya mohon maaf dan mohon dimaklumi. Mohon kritik dan sarannya. Semoga umur panjang, sehat dan kesempatan untuk berbagi cerita lagi,, wassalam J


Comments

Popular posts from this blog

Serunya Permainan Tradisional

Assalamualaikum  warahmatulahi wabarakatu.  yee,, Ketemu lagi.. apa kabar, semoga selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Kuasa. amin Oh ya, saya punya cerita. Jadi gini. Tadi saya dan sepupu-sepupu saya ngobrol bareng. Topik yang diobrolin banyak dan kemudian sampailah pada topik mengenang masa lalu. Masa lalu yang diperbincangkan yaitu tentang betapa serunya masa kecil kami dulu. Masa dimana kami belum mengenal gadget. Sangat berbeda dengan anak-anak masa kini yang sejak kecil sudah mengenal dan bahkan sudah bisa menggunakan kecanggihan-kecanggihan teknologi saat ini.

KPM, LKM, BKM, bersaudarakah?

Assalamualaikum, Apa kabar, semoga selalu dalam lindungan Tuhan yang maha kuasa,, amin. Wah awal bulan ada cerita apa ini? kalau dari judulnya sih kayaknya mau cerita tentang keluarga ini. eits.. tidak-tidak.. bukan begitu. Dari pada ngawur, yuk simak ceritanya. Sekitar pukul 08.15 WITA saya mendapat pesan dari teman yang menanyakan apakah saya sedang sibuk saat itu. Saya pun menanyakan ada apa? lalu dia pun menjelaskan bahwa saat ini sedang ada sosialisasi tentang KPM dan untuk perwakilan kelurahan masih kurang   satu orang. Jadi saya pun ditawarkan untuk mengikuti sosialisasi tersebut. Karena saya pun sedang tidak sibuk, maka saya pun langsung mengiyakan ajakan tersebut. Maka dengan segera saya bersiap-siap untuk menuju TKP.   Saat tiba di tempat sosialisasi. Acara sudah dimulai dan sudah sampai pada laporan ketua panitia. Saya pun kemudian masuk dan mencari kursi kosong. Seperti kata-kata orang bahwa ketika kita berpikiran positif maka sekeliling pun akan...

Program Tutor

Assalamu alaikum. Alhamdulillah ada satu  berita lagi dari Korea.  Yaitu tentang  tutoring. Tutoring adalah program setiap semester yang diadakan Myongji College. Program ini berlaku untuk semua mahasiswa Myongji College tanpa terkecuali. Program yang dilakukan berupa belajar bersama dengan waktu hinggah mencapai target yang diberikan yaitu 18 jam. Setiap tim terdiri dari seorang Tutor ( pengajar) dan 2-3 anggota. Seperti yang saya katakan sebelumnya, semua  mahasiswa berpartisipasi tanpa terkecuali. Kami pun turut serta dalam program tutoring tersebut. Pada semester pertama di Myongji college, kami sudah terdaftar sebagai peserta tutor. Tutor dimulai setelah beberapa minggu masa perkuliahan berlangsung. Tutor kami adalah mahasiswa korea, dan diantaranya bisa berbahasa inggris, cukup memudahkan kami dalam mengikuti program tutor.  Program tutor kami diisi dengan mengunjungi tempat -tempat di Korea. Awalnya kami berpikir bahwa tutor disini han...