“kaka, besok mau ikut kumpul-kumpul jilbab?”,
ajakan seorang teman dimalam sebelumnya. Tanpa berpikir panjang, saya pun
meniyakan ajakan tersebut.
Esoknya, sedikit ragu untuk melangkah. Awan
mendung menyapa minggu pagi yang tenang. Berharap hujan akan segera ditumpahkan
lalu langit berubah menjadi cerah. Namun, hingga pukul 8, gerimis masih tetap
menyambut pagi. Langkah kaki pun tetap kami ayunkan, tak ada niat untuk mundur
hanya karena gerimis yang entah kapan akan berhenti. Pukul 08.30
saya dan seorang teman melangkah keluar rumah menuju pertemuan tersebut. Hari
ini, seperti ajakan semalam dan berdasarkan informasi dari salah satu akun
sosmed, akan ada sebuah pertemuan santai yang diadakan di masjid yang bertepat
di masjid Baiturahman, Simpang lima Semarang. Tema kegiatan tersebut adalah
“Ayo berjilbab Syar’I”.
Setiba kami dimesjid tersebut, telah
menunggu 3 wanita cantik dalam balutan gaun yang anggun. Sapaan yang
ramah sambil memperkenalkan diri. Tak lama setelah kami tiba, kemudian sahabat
yang lain pun datang. Pukul 10 kurang acara dibuka. Peserta yang datang
berjumlah 9 orang. agenda kemudian dibacakan setelah acara dibuka. Adapun
agendanya yaitu : pembukaan, perkenalan (pengurus dan peserta) sharing time,
dan testimony.
Perkenalan pun dimulai dari pengurus. Setelah
itu dijelaskan program kerja dan sedikit sejarah terbentuknya SPJ (Semarang
Peduli Jilbab ) ini. SPJ ini dibentuk karena perasaan miris terhadap banyaknya
masyarakat yang sudah berjilbab, namun tidak syar’I. masih banyak yang
memodiskan jilbab daripada mensyar’I kan jilbab. Masih banyak yang rela
memperlihatkan/manampakkan bentuk tubuh hanya karena agar tak dibilang jadul (
nyadar, saya masih seperti itu :) ).
Sharing time pun tiba. Bertukar cerita, berbagi pengalaman. “Tantangan
berjilbab syar’I memang masih cukup berat. Jilbab besar masih dipandang
negative untuk masyarakat awam. Teroris, mengikuti aliran, masih
menjadi alasan yang kuat bagi sebagian orang untuk tidak menggunakan jilbab
syar’I atau menentang jilbab syar'i”, cerita seorang peserta.
Pernyataan tersebut tidak salah, karena memang
sebagian orang masih berpandangan seperti itu. jilbab Besar adalah
teroris, aliran sesat dan masih banyak lagi argumen-argumen lain. Berdasarkan
bincang-bincang tersebut, awal tantangan yang biasa dihadapi adalah dari
keluarga inti sendiri. Bahwa kita belum pantas berpakaian seperti itu, ilmu
agama yang kita belum seberapa dan alasan-alasan lain yg masih banyak lagi.
Selain itu,aturan sekolah-sekolah, instansi-instansi terkadang juga menjadi
pihak yang kontra terhadap jilbab syar’I ini. aturan-aturan tersebut kemudian
menjadi dalil kuat untuk melarang berjilbab syar’i. Namun, semua kembali
pada kita, dimana ada niat insyaallah akan ada jalan. Kita harus pandai untuk
menyiasatinya, tutur salah seorang peserta.
Sebenarnya kenapa sih harus ditentang, padahal dial-Qur’an
sudah tertulis dengan jelas. Coba kita buka al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59,
yang artinya :
“ Hai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dan istri-istri kamu
mukmin :”hendaklah mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.” yang demikian
itu supaya mereka lebih dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah
maha pengampun lagi maha penyayang”.
Masih kurang? coba buka Al-Qur’an surah An-nur
ayat 31 (nanti baca sendiri ya!!!, biar penasaran. Hehehehhe).
Eits masih ada lagi hadist HR.Muslim, yang
artinya :
“Dan
perempuan- perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung pada kemaksiatan
dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka
seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak mausk surga dan
tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi syurga itu tercium dari jarak
perjalanan sekian dan sekian waktu (jaraknya jauh sekali)”.
Jadi bukan kita yang sok pinter, tapi begitulah Al-Qur’an memberikan arahan
dalam berpakaian.
Kembali ke pandangan jilbab yang dianggap
teroris. Saya pun turut berbagi pengalaman ketika sedang menuntut ilmu di
Korea. Di Indonesia saja yang mayoritas islam, sebagaian masih menganggap bahwa
jilbab besar masih diidentikkan dengan teroris. Namun bagaimana dimata dunia,
terutama Korea yang minoritas. Ya, jilbab walaupun bukan jilbab besar seperti
yang biasa saya pakai pun sudah sedikit dilihat aneh. Pandangan aneh dari bawah
lalu keatas, atau sebaliknya sudah sering saya dan teman-teman yang lain
jumpai. Memang benar seperti salah satu teman peserta yang hadir mengatakan
bahwa niat dan ilmu harus diperkuat sebab, ketika kita dihadapkan dengan
banyaknya ujian dan tantangan dari berbagai sudut, kita masih bisa bertahan dan
terus melangkah.
Percakapan yang sangat memotivasi, semoga akan
terus terjalin silaturahimmnya. Semua butuh proses, semoga hidayah-Nya selalu
tercurah untuk kita semua.. amiiinnnn
**
Demikian sedikit cerita dari saya, mungkin
kata-katanya sedikit membingungkan. Mohon maaf jika salah kata atau salah
pengetikan. Hanya ingin berbagi dan semoga bermanfaat. Mohon maaf lahir dan
bathin
Comments
Post a Comment