Tahun ini adalah tahun ketiga saya berada di Semarang. Meskipun sudah menginjak tahun ketiga namun sesungguhnya
baru 2 tahun saya di Semarang. Lalu satu tahunnya saya kemana? Ya, tahun
kemaren saya berada di Seoul, Korea selatan dalam rangka pertukaran pelajar
selama setahun. Alhamdulillah Allah memudahkan langkah kaki ini untuk menapakan
kaki lebih jauh lagi.
Kurang lebih 3 minggu saya telah berada di Semarang, kembali menuntut ilmu
demi visi misi membangun daerah , provinsi tercinta. Saya
bergabung dalam visi misi beasiswa yang mengirimkan
calon-calon mahasiswa yang diharapkan bisa membangun Nantinya nantinya. Ini adalah program kerja Prof. Laode Masihu Kamaludin yang terinspirasi
dari restorasi Meiji , Jepang. Namun bukan hanya sekedar program kerja, tetapi
lebih kepada bagaimana bisa bermanfaat untuk umat Islam. Sungguh cita-cita yang
luhur.
Sabtu sore, saya dan beberapa teman ngobrol ngawur
kidul, mulai dari kabar gunung kidul hingga menyerempet teman-teman Beasiswa. Bukan maksud lebih hebat, atau lebih mengetahui. Namun,
setelah mendengar dan melihat teman-teman angkatan pertama hingga angkatan ke
tiga, sedikit berbeda. Menurut kami yang merupakan angkatan pertama, angkatan
pertama memiliki semangat yang tinggi walaupun ada beberapa yang tidak terlalu
serius dengan perkuliahan. Angkatan kedua pun demikian. Namun sedikit berbeda
dengan angkatan ketiga. Menurut bincang-bincang kami ini, mahasiswa tidak sepenuhnya
menerapkan Budai (Budaya Akademik Islam) sebagaimana Universitas tempat kami menuntut ilmu
menerapkan system tersebut. Ada beberapa penyimpangan yang dilakukan (bukan maw
sok ngatur atau sok benar ni). Misalnya saja terang-terangan merokok (padahal
dalam Budai merokok tidak dibenarkan), jarang mengikuti perkuliahan, dan masih
ada lagi. Komunikasi pada angkatan sebelumnya pun jarang terjadi, walaupun
sebenarnya untuk keseluruhan pun sama.
Dari bincang-bincang tersebut, sebenarnya saya
bingung (swear bingungm gk boong*lebay lagi). Kita dikirim bukan atas nama
pribadi, namun kita dikirim atas nama provinsi. Satu yang berbuat maka semua akan
terkena imbasnya. Alhmdulillah jika yang diperbuat tersebut positif, dan
bermanfaat, tapi kalau tidak? (nah gimana tu?)
Disini saya tidak mau berkomentar tentang apa saja
yang telah diperbuat selama berada di Universitas atau membahas kelompok didalam
kelompok yang dibuat kita berdasarkan Suku atau ekonomi atau warna kulit. Namun
saya Cuma mau menganjak teman-teman, sebenarnya sudahkah kita pikirkan apa yang
akan kita bangun untuk daerah? Sudah kah kita merancang tentang langkah apa
yang akan kita tapaki untuk membawa Kota tercinta ditengah zaman globalisasi sekarang.
Tidak ada salahnya membuat kelompok dalam kelompok, mendiskusikan banyak hal dalam
kelompok tersebut,namun sudahkah kita mencantumkan Daerah kita dalam agenda diskusi kita?
Terkadang saya ingin mengumpulkan teman-teman, untuk
mendiskusikan suatu kegiatan yang bisa kita lakukan dan itu bernilai positif
untuk kota kita. Mungkin untuk Provinsi masih berat namun bisa kita coba dengan
memulai langkah kecil dimulai dari kota kita. Kota yang tidak sedikit juga
mengeluarkan anggaran untuk menyumbang di “program Beasiswa”.
Namun, terkadang rasa ragu juga menyelinap ditengah
semangat saya tersebut. Kita masih disebukkan dengan kegiatan-kegiatan individu
kita. Dengan segudang kegiatan kelompok-kelompok yang kita geluti, lalu kapan
kita bisa berkumpul untuk membuat langkah perubahan itu?
Mungkin suatu saat nanti (insyaallah).
**
Terlalu baik memikirkan yang orang lain lakukan,
kenapa tidak kita mulai saja dengan melangkah sendiri. Yang harapannya bisa
menggugah orang lain untuk melangkah juga, sehingga tercipta gerakan-gerakan
kecil yang nyata..
Demikian sedikit resah dan gundah saya. Mungkin saya
terlalu baik hingga memikirkan apa yang orang lain lain lakukan. kenapa
saya tidak memulai saja dengan apa yang
bisa saya lakukan???? (Ayo maju-maju, ayo maju maju )
Comments
Post a Comment